Koneksi Antar Materi Modul 2.3 "Coaching Untuk Supervisi Akademik"
Tujuan Pembelajaran Khusus: CGP menyimpulkan dan menjelaskan keterkaitan materi yang diperoleh dan membuat refleksi berdasarkan pemahaman yang dibangun selama modul 2 dalam berbagai media
Instruksi Penugasan
- Buatlah sebuah kesimpulan dan refleksi yang disajikan dalam bentuk media informasi. Format media dapat disesuaikan dengan minat dan kreativitas Anda. Contoh media yang dapat dibuat: artikel, ilustrasi, grafik, video, rekaman audio, screencast presentasi, artikel dalam blog, dan lainnya.
- Bacalah pertanyaan-pertanyaan ini untuk membantu Anda membuat kaitan tersebut:
1.
Pengalaman/materi
pembelajaran yang baru saja diperoleh
Dari kegiatan
pembelajaran yang sudah berlangsung, beberapa pelajaran yang saya peroleh yaitu
mengena pengertian coaching, paradigm berfikir coaching, prinsip-prinsip
coaching, kompetensi isi coaching, Alur TIRTA dan bagaimana penerapan dan
penggunaan alur TIRTA ketika coaching. Dengan rincian Sebagai berikut :
Coaching adalah hubungan kemitraan dengan klien
dalam suatu percakapan yang kreatif dan memicu pemikiran untuk memaksimalkan
potensi pribadi dan profesional klien.
Paradigma Berpikir Coaching terdiri atas : Fokus pada coachee, Bersikap
terbuka dan keingintahuan, memiliki kesadaran diri yang kuat, membantu Coachee
melihat peluang-peluang dan masa depan.
Prinsip-Prinsip Coaching terdiri
atas kemitraan, percakapan kreatif dan memeksimalkan potensi coachee.
Kompetensi Inti Coaching terdiri atas Presence/kehadiran penuh,
mendengarkan aktif serta memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berbobot
Coaching dengan Alur TIRTA coaching dengan metode yang memiliki 4
alur berurutan yang terdiri dari membuat dan menentukan tujuan coaching,
mengidentifikasi permasalahan yang ada, membat rencana aksi, dan bertanggung
jawab atas rencana aksi yang telah dibuat.
2.
Emosi-emosi
yang dirasakan terkait pengalaman belajar
Selama kegiatan
pembelajaran dan praktik kegiatan coaching ada banyak emosi dan perasaan yang
saya rasakan.
Perasaan/emosi
yang pertama kali saya rasakan setelah melakukan pembelajaran mandiri adalah bingung
dikarenakan materi yang menurut saya sangat banyak dan membutuhan waktu ekstra
untuk membaca dan menonton video sehingga beberapa video tidak teramati dengan
serius. Segingga ketika melaksanakan pertemuan ruang kolaborasi saya merasa
sedikit khawatir, namun saya percaya bahwa dengan pertemuan ini ketika belajar
dan berlatih bersama saya akan dapat memahami dan menguasai materi yang ada di
modul ini.
Saya juga merasa
Optimis dengan kemampuan yang saya miliki, sehingga saya memaksimalkan kemampuan
saya untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran. Walaupun ternyata sehari setelah
melaksankan kegiatan praktik coaching dengan sesame rekan CGP saya harus masuk
rumah sakit karena tiba-tiba drop dan mengerjakan tugas modul akhir dalam
kondisi yang serba salah. Saya merasa masih sangat lemah tapi saya tetap harus
mengerjakan post test akhir modul. Dan sekarang ketika mengetik ini saya merasa
Senang dann mengucapkan terima kasih kepada diri saya sendiri karena saya mampu
untuk melewati semua kegiatan pada modul ini dengan berbagai perasaan berbagai
emosi juga. Saya merasa bangga pada diri saya karena dapat menyelesaikan tugas
tetap tepat waktu di tengah kondisi saya yang sedang tidak baik-baik saja.
3.
Apa
yang sudah baik berkaitan dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar
Hal yang baik adalah saya mampu memahami materi-materi inti
dalam pembelajaran modul 2.3. seperti pengertian coaching, paradigma berpikir
coaching, prinsip-prinsip coaching, kompetensi inti coaching, alur TIRTA, dan
lain-lain. Saya juga dengan mudah berkolaborasi bersama teman CGP lain dalam
mempraktikkan coaching sebagai pengamat, coach, maupun coachee,
baik di kegiatan Ruang Kolaborasi maupun di Demonstrasi Kontekstual.
4.
Apa
yang perlu diperbaiki terkait dengan keterlibatan dirinya dalam proses
belajar
Ada beberapa hal
yang menurut saya perlu diperbaiki dalam proses belajar kali ini. Secara materi
saya mungkin perlu memperbaiki kemampuan berbicara menggunakan bahasa yang
efektif, belajar lebih banyak lagi mengenai kemampuan melontarkan
pertanyaan-pertanyaan berbobot, meningkatkan fokus saat melakukan coaching.
Secara pribadi
hal hal yang perlu saya perbaiki adalah bagaimana agar dapat lebih fokus dalam
belajar ketika melaksanakan pembelajaran mandiri, dan lebih peduli terhadap
diri. Walaupun ada banyak tugas-tugas lain di samping tugas guru penggerak saya
harus bisa memprioritaskan Kesehatan saya.
5.
Keterkaitan
terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi
Dengan mempelajari modul 2.3. Coaching untuk Supervisi
Akademik, saya memahami konsep dan prinsip-prinsip coaching. Saya juga bisa
mempraktikkan kegiatan coaching, baik sebagai coach, coachee, maupun observer.
Praktik coaching tersebut memberikan pengalaman bagi saya untuk menerapkannya
di sekolah. Praktik coaching tersebut juga meningkatkan kompetensi saya sebagai
pemimpin pembelajaran dan bisa menjadi bekal jika melaksanakan supervisi
akademik.
B. Analisis
untuk implementasi dalam konteks CGP
1. Memunculkan pertanyaan kritis yang
berhubungan dengan konsep materi dan menggalinya lebih jauh
"Bagaimana menerapkan coaching dalam supervisi
akademik di sekolah?"
Seperti kita tehaui bersama selama ini, supervisi akademik
banyak dijadikan hal yang menakutkan atau menjadi hal yang kurang nyaman bagi
guru karena hanya berfokus kepada penilaian dan bukan pengembangan diri guru.
Dengan diterapkan coaching dalam supervisi akademik, tingkatan supervisor dan
guru adalah mitra dan bukan lagi "atasan-bawahan" sehingga proses
pengembangan diri guru akan menjadi lebih baik.
2. Mengolah materi yang dipelajari dengan
pemikiran pribadi sehingga tergali wawasan (insight) baru
Coaching untuk supervisi akademik akan menunjang peran guru
sebagai pemimpin pembelajaran yang akan mewujudkan pembelajaran yang berpihak
kepada siswa sehingga siswa bisa memaksimalkan potensi yang dimilikinya.
Prinsip, kompetensi, dan alur coaching jika dilakukan dengan tepat akan bisa
menghasilkan komunikasi kemitraan antara coach dan coachee yang efektif
sehingga bisa menghasilkan solusi-solusi dari permasalahan yang dihadapi.
3. Menganalisis tantangan yang sesuai
dengan konteks asal cgp (baik tingkat sekolah maupun daerah)
Menurut saya,selama ini supervisi akademik hanya berfokus
pada pengawasan dan penilaian seorang kepala sekolah atau pengawas sekolah terhadap
guru, penilaian juga dilakukan hanya sebatas bagaimana cara guru tersebut dapat
menyampaikan materi pembelajaran di dalam kelas atau perangkat ajar yang
dimiliki oleh guru tersebut, sehingga guru kurang bisa mengembangkan potensi
dirinya dan cenderung merasa cemas, bahkan ketakutan saat akan disupervisi.
Tantangannya adalah bagaimana ke depan kita mengubah mindset supervisi yang
mulanya berfokus penilaian menjadi berfokus untuk mengembangkan potensi diri
guru. Bahakan bagaimana agar supervise ini menjadi hal yang dijadikan guru
sebagai bahan belajar dan bukan lagi hal yang seringkali ingin dihindari.
Tantangan selanjutnya adalah mengubah pemikiran bahwa pihak
yang terlibat dalam supervisi akademik adalah atasan dan bawahan. Namun, guru
dan supervisor adalah mitra sehingga terjadi proses belajar dari kedua belah
pihak. Suasana yang tercipta pun akan lebih bersahabat sehinga memudahkan guru
dalam memgembangkan dirinya.
4. Memunculkan alternatif solusi terhadap
tantangan yang diidentifikasi.
Alternatif solusi
yang dapat saya fikirkan saat ini adalah :
·
Mensosialisasikan
konsep coaching dalam supervisi akademik kepada rekan-rekan guru dan kepala
sekolah
· Mensosialisasikan
konsep coaching untuk supervisi akademik dengan menggunakan alaur TIRTA kepada
para guru dan kepala sekolah.
C. Membuat
keterhubungan
1. Pengalaman masa lalu
Sebelum belajar
mengenai prinsip coaching, saya hanya mengenal kata coach untuk panggilan bagi
seorang pelatih olahraga, karena guru olahraga di sekolah saya sebelumnya
sering memakai baju dengan bacaan “coach” di punggungnya. Pengalaman saya dalam
mengikuti supervisi akademik juga hanya sebatas untuk penilaian kinerja guru
tanpa adanya pengembangan kompetensi atau guru tidak diberikan kelaluasaan
dalam menyampaikan ide yang mungkin selama ini terpendam, tidak ada penerapan
prinsip coaching di dalamnya. Supervisi akademik juga dilakukan satu tahap,
yakni observasi saja tanpa adanya kegiatan pra dan pascasupervisi.
2. Penerapan di masa mendatang
Sebagai seorang
guru yang juga pemimpin pembelajaran, saya akan menerapkan prinsip-prinsip
coaching terhadap siswa maupun pihak lain. Selain itu, prinsip-prinsip coaching
sangat perlu dilaksanakan dalam supervisi akademik di sekolah sehingga
supervisi tidak hanya sebatas penilaian saja, tetapi bisa mengembangkan potensi
diri guru secara lebih maksimal.
3. Konsep atau praktik baik yang dilakukan
dari modul lain yang telah dipelajari
Di modul 2.1.
saya belajar tentang pembelajaran berdiferensi yang mengakomodasi kebutuhan
belajar siswa. Tujuannya adalah siswa bisa mengembangkan potensi dirinya. DI
modul 2.3. ini saya mempelajari proses coaching yang juga bertujuan
memaksimalkan potensi yang dimiliki coachee dalam menyelesaikan permasalahan
yang dimilikinya.
Di modul 2.2.
saya mempelajari pembelajaran berbasis sosial dan emosional. Salah satu
materinya adalah praktik mainfulness yang bisa mewujudkan kesadaran diri.
Dalam kegiatan coaching, praktik mainfullness dapat diterapkan untuk mendukung
kompetensi inti coaching, yakni adanya kehadiran penuh, mendengarkan aktif, dan
melontarkan pertanyaan berbobot.
4.
Informasi
yang didapat dari orang atau sumber lain di luar bahan ajar PGP.
beberapa informasi atau sumber lain di luar bahan ajar yang tersedia di LMS adalah dengan sesame rekan CGP dan dengan googling mencari beberapa informasi yang bisa dilaksakan dan di tiru untuk kegiatan coaching.
Demikian yang dapat saya sampaikan, Salam Guru Penggerak...
Tergerak..... Bergerak....Menggerakkan....
With Love
Dinichay
Komentar
Posting Komentar