Koneksi Antar Materi Modul 2.3 "Coaching Untuk Supervisi Akademik"

 Tujuan Pembelajaran Khusus: CGP menyimpulkan dan menjelaskan keterkaitan materi yang diperoleh dan membuat refleksi berdasarkan pemahaman yang dibangun selama modul 2 dalam berbagai media

Instruksi Penugasan

    1. Buatlah sebuah kesimpulan dan refleksi yang disajikan dalam bentuk media  informasi. Format media dapat disesuaikan dengan minat dan kreativitas  Anda. Contoh media yang dapat dibuat: artikel, ilustrasi, grafik, video, rekaman  audio,  screencast presentasi, artikel dalam blog, dan lainnya.
    2. Bacalah pertanyaan-pertanyaan ini untuk membantu Anda membuat kaitan tersebut:
      • Bagaimana peran Anda sebagai seorang coach di sekolah dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya di paket modul 2 yaitu pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosi?
      • Bagaimana keterkaitan keterampilan coaching dengan pengembangan kompetensi sebagai pemimpin  pembelajaran.
    Berikut Tugas Koneksi Antar Materi
    Sri Dini Hairani, S.Pd Calon Guru Penggerak Angkatan - X Kabupaten Natuna dari SD Negeri 005 Sepempang. 

    A.  Pemikiran reflektif terkait pengalaman belajar

    1.     Pengalaman/materi pembelajaran yang baru saja diperoleh 

    Dari kegiatan pembelajaran yang sudah berlangsung, beberapa pelajaran yang saya peroleh yaitu mengena pengertian coaching, paradigm berfikir coaching, prinsip-prinsip coaching, kompetensi isi coaching, Alur TIRTA dan bagaimana penerapan dan penggunaan alur TIRTA ketika coaching. Dengan rincian Sebagai berikut :

    Coaching adalah hubungan kemitraan dengan klien dalam suatu percakapan yang kreatif dan memicu pemikiran untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional klien.

    Paradigma Berpikir Coaching terdiri atas : Fokus pada coachee, Bersikap terbuka dan keingintahuan, memiliki kesadaran diri yang kuat, membantu Coachee melihat peluang-peluang dan masa depan.

    Prinsip-Prinsip Coaching  terdiri atas kemitraan, percakapan kreatif dan memeksimalkan potensi coachee.

    Kompetensi Inti Coaching terdiri atas Presence/kehadiran penuh, mendengarkan aktif serta memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berbobot

    Coaching dengan Alur TIRTA coaching dengan metode yang memiliki 4 alur berurutan yang terdiri dari membuat dan menentukan tujuan coaching, mengidentifikasi permasalahan yang ada, membat rencana aksi, dan bertanggung jawab atas rencana aksi yang telah dibuat.

     

    2.     Emosi-emosi yang dirasakan terkait pengalaman belajar 

    Selama kegiatan pembelajaran dan praktik kegiatan coaching ada banyak emosi dan perasaan yang saya rasakan.

    Perasaan/emosi yang pertama kali saya rasakan setelah melakukan pembelajaran mandiri adalah bingung dikarenakan materi yang menurut saya sangat banyak dan membutuhan waktu ekstra untuk membaca dan menonton video sehingga beberapa video tidak teramati dengan serius. Segingga ketika melaksanakan pertemuan ruang kolaborasi saya merasa sedikit khawatir, namun saya percaya bahwa dengan pertemuan ini ketika belajar dan berlatih bersama saya akan dapat memahami dan menguasai materi yang ada di modul ini.

    Saya juga merasa Optimis dengan kemampuan yang saya miliki, sehingga saya memaksimalkan kemampuan saya untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran. Walaupun ternyata sehari setelah melaksankan kegiatan praktik coaching dengan sesame rekan CGP saya harus masuk rumah sakit karena tiba-tiba drop dan mengerjakan tugas modul akhir dalam kondisi yang serba salah. Saya merasa masih sangat lemah tapi saya tetap harus mengerjakan post test akhir modul. Dan sekarang ketika mengetik ini saya merasa Senang dann mengucapkan terima kasih kepada diri saya sendiri karena saya mampu untuk melewati semua kegiatan pada modul ini dengan berbagai perasaan berbagai emosi juga. Saya merasa bangga pada diri saya karena dapat menyelesaikan tugas tetap tepat waktu di tengah kondisi saya yang sedang tidak baik-baik saja.

     

    3.   Apa yang sudah baik berkaitan dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar

    Hal yang baik adalah saya mampu memahami materi-materi inti dalam pembelajaran modul 2.3. seperti pengertian coaching, paradigma berpikir coaching, prinsip-prinsip coaching, kompetensi inti coaching, alur TIRTA, dan lain-lain. Saya juga dengan mudah berkolaborasi bersama teman CGP lain dalam mempraktikkan coaching sebagai pengamat, coach, maupun coachee, baik di kegiatan Ruang Kolaborasi maupun di Demonstrasi Kontekstual.

     

    4.   Apa yang perlu diperbaiki terkait dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar 

    Ada beberapa hal yang menurut saya perlu diperbaiki dalam proses belajar kali ini. Secara materi saya mungkin perlu memperbaiki kemampuan berbicara menggunakan bahasa yang efektif, belajar lebih banyak lagi mengenai kemampuan melontarkan pertanyaan-pertanyaan berbobot, meningkatkan fokus saat melakukan coaching.

    Secara pribadi hal hal yang perlu saya perbaiki adalah bagaimana agar dapat lebih fokus dalam belajar ketika melaksanakan pembelajaran mandiri, dan lebih peduli terhadap diri. Walaupun ada banyak tugas-tugas lain di samping tugas guru penggerak saya harus bisa memprioritaskan Kesehatan saya.

     

    5.   Keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi

    Dengan mempelajari modul 2.3. Coaching untuk Supervisi Akademik, saya memahami konsep dan prinsip-prinsip coaching. Saya juga bisa mempraktikkan kegiatan coaching, baik sebagai coach, coachee, maupun observer. Praktik coaching tersebut memberikan pengalaman bagi saya untuk menerapkannya di sekolah. Praktik coaching tersebut juga meningkatkan kompetensi saya sebagai pemimpin pembelajaran dan bisa menjadi bekal jika melaksanakan supervisi akademik.



    B.    Analisis untuk implementasi dalam konteks CGP

     

    1. Memunculkan pertanyaan kritis yang berhubungan dengan konsep materi dan menggalinya lebih jauh

    "Bagaimana menerapkan coaching dalam  supervisi akademik di sekolah?"

    Seperti kita tehaui bersama selama ini, supervisi akademik banyak dijadikan hal yang menakutkan atau menjadi hal yang kurang nyaman bagi guru karena hanya berfokus kepada penilaian dan bukan pengembangan diri guru. Dengan diterapkan coaching dalam supervisi akademik, tingkatan supervisor dan guru adalah mitra dan bukan lagi "atasan-bawahan" sehingga proses pengembangan diri guru akan menjadi lebih baik.

     

    2.     Mengolah materi yang dipelajari dengan pemikiran pribadi sehingga tergali wawasan (insight) baru

    Coaching untuk supervisi akademik akan menunjang peran guru sebagai pemimpin pembelajaran yang akan mewujudkan pembelajaran yang berpihak kepada siswa sehingga siswa bisa memaksimalkan potensi yang dimilikinya. Prinsip, kompetensi, dan alur coaching jika dilakukan dengan tepat akan bisa menghasilkan komunikasi kemitraan antara coach dan coachee yang efektif sehingga bisa menghasilkan solusi-solusi dari permasalahan yang dihadapi.

     

    3.     Menganalisis tantangan yang sesuai dengan konteks asal cgp (baik tingkat sekolah maupun daerah)

    Menurut saya,selama ini supervisi akademik hanya berfokus pada pengawasan dan penilaian seorang kepala sekolah atau pengawas sekolah terhadap guru, penilaian juga dilakukan hanya sebatas bagaimana cara guru tersebut dapat menyampaikan materi pembelajaran di dalam kelas atau perangkat ajar yang dimiliki oleh guru tersebut, sehingga guru kurang bisa mengembangkan potensi dirinya dan cenderung merasa cemas, bahkan ketakutan saat akan disupervisi. Tantangannya adalah bagaimana ke depan kita mengubah mindset supervisi yang mulanya berfokus penilaian menjadi berfokus untuk mengembangkan potensi diri guru. Bahakan bagaimana agar supervise ini menjadi hal yang dijadikan guru sebagai bahan belajar dan bukan lagi hal yang seringkali ingin dihindari.

    Tantangan selanjutnya adalah mengubah pemikiran bahwa pihak yang terlibat dalam supervisi akademik adalah atasan dan bawahan. Namun, guru dan supervisor adalah mitra sehingga terjadi proses belajar dari kedua belah pihak. Suasana yang tercipta pun akan lebih bersahabat sehinga memudahkan guru dalam memgembangkan dirinya.

     

    4.     Memunculkan alternatif solusi terhadap tantangan yang diidentifikasi.

    Alternatif solusi yang dapat saya fikirkan saat ini adalah :

    ·       Mensosialisasikan konsep coaching dalam supervisi akademik kepada rekan-rekan guru dan kepala sekolah

    ·      Mensosialisasikan konsep coaching untuk supervisi akademik dengan menggunakan alaur TIRTA kepada para guru dan kepala sekolah.


    C.    Membuat keterhubungan


    1.     Pengalaman masa lalu

    Sebelum belajar mengenai prinsip coaching, saya hanya mengenal kata coach untuk panggilan bagi seorang pelatih olahraga, karena guru olahraga di sekolah saya sebelumnya sering memakai baju dengan bacaan “coach” di punggungnya. Pengalaman saya dalam mengikuti supervisi akademik juga hanya sebatas untuk penilaian kinerja guru tanpa adanya pengembangan kompetensi atau guru tidak diberikan kelaluasaan dalam menyampaikan ide yang mungkin selama ini terpendam, tidak ada penerapan prinsip coaching di dalamnya. Supervisi akademik juga dilakukan satu tahap, yakni observasi saja tanpa adanya kegiatan pra dan pascasupervisi.

     

    2.     Penerapan di masa mendatang

    Sebagai seorang guru yang juga pemimpin pembelajaran, saya akan menerapkan prinsip-prinsip coaching terhadap siswa maupun pihak lain. Selain itu, prinsip-prinsip coaching sangat perlu dilaksanakan dalam supervisi akademik di sekolah sehingga supervisi tidak hanya sebatas penilaian saja, tetapi bisa mengembangkan potensi diri guru secara lebih maksimal.

     

    3.     Konsep atau praktik baik yang dilakukan dari modul lain yang telah dipelajari

    Di modul 2.1. saya belajar tentang pembelajaran berdiferensi yang mengakomodasi kebutuhan belajar siswa. Tujuannya adalah siswa bisa mengembangkan potensi dirinya. DI modul 2.3. ini saya mempelajari proses coaching yang juga bertujuan memaksimalkan potensi yang dimiliki coachee dalam menyelesaikan permasalahan yang dimilikinya.

    Di modul 2.2. saya mempelajari pembelajaran berbasis sosial dan emosional. Salah satu materinya adalah praktik mainfulness yang bisa  mewujudkan kesadaran diri. Dalam kegiatan coaching, praktik mainfullness dapat diterapkan untuk mendukung kompetensi inti coaching, yakni adanya kehadiran penuh, mendengarkan aktif, dan melontarkan pertanyaan berbobot.

     

    4.     Informasi yang didapat dari orang atau sumber lain di luar bahan ajar PGP.

    beberapa informasi atau sumber lain di luar bahan ajar yang tersedia di LMS adalah dengan sesame rekan CGP dan dengan googling mencari beberapa informasi yang bisa dilaksakan dan di tiru untuk kegiatan coaching.




    Demikian yang dapat saya sampaikan, Salam Guru Penggerak...

    Tergerak..... Bergerak....Menggerakkan....






    With Love

    Dinichay


    Komentar

    Postingan populer dari blog ini

    pembutan TAPE

    Caesalpiniaceae

    Ol ebaut TEMPE