Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2012

Ntah lahhh

Gambar

hate KERUMUT.

Hummm… dari hati yang terdalam sebenarnya ngetik ini udah gak kuat lagi.. pengen garuk sana garuk sini,, gatal ini, gatal itu.. tapi masih ingat pesan mama.. jangan digaruk ya kak.. nanti bekas bekas jadi jelek.. huaaa.. dalam hati mikir nya udah lah gak cantik, kalo di bekas-bekas lagi apa gak makin gak cantik.. Baru aja 2 minggu yang lalu demam ini reda. Setalah menjalani ujian bersama dalam keadaan demam masak iya sekarang demam lagi.. ya ampun.. pasti lah orang mikir nya penyakitan ni anak. Tapi apa daya, penyakit itu anugrah.. kata mama,, kalo kakak sakit itu karena Allah sayang sama kakak.. karena setiap orang sakit, maka dosanya akan berkurang.. selama orang itu tidak ngeluh dan menyalahkan Allah. tapi jadi kan penyakit sebagai cara untuk menguatkan rasa syukur saat sehat. *maka nikmat Allah yang mana lagi yang engkau dustakan??? Hmmmm KESEHATAN itu memang segalanya.. Subhanallah.. Demam 2hari ini gak enak banget, selain demam nya naik turun, perut juga ikut bermasala

Ta'aruf

Bismillahirrahmanirrahim… Ada banyak cerita yang aku dapatkan tentang proses ta’aruf selama ini. Dari sekian banyak cerita, ternyata ada yang sungguh dramatis dan tragis. Seperti apakah ceritanya? Seperti judul di atas, cerita ta’aruf yang akan diangkat di sini tentang pilihan sendiri atau pilihan murabbi. Ada yang pernah bilang: “Salah ga sih kalo ada ikhwan yang sudah punya pilihan sendiri kemudian mengajukan sebuah nama kepada murabbinya?” Tentu hal ini tak salah dan tak melanggar syar’i. Ketika memang sudah ada kecenderungan dengan seorang akhwat dan memang sudah siap nikah, maka keberanian mengajukan sebuah nama kepada seorang murabbi bukanlah hal yang tak syar’i. Banyak yang bilang bahwa ketika sudah menunjuk sebuah nama, apalagi misalnya satu organisasi, sering berinteraksi selama ini, khawatir bahwa sudah terkotori dengan hal-hal yang tak suci. Itu semua hanya kekhawatiran yang seharusnya diikhtiarkan dengan menjaga prosesnya. Apakah proses ta’aruf itu hanya

Maaf, Aku Berpaling

Senja masih menyisakan jingga sebelum berganti gelap gulita Tatkala bibir kelu untuk mengucapkan… “maaf, aku berpaling” Wajah kaku penuh goresan noda telah terbesit dari hati yang binasa Pandangan dan seluruh pancaindera lebih dahulu terpedaya, dosa pun kelam? Tak ada satu pun pembenaran Ketika sebentuk cinta telah kau palingkan Terlebih lagi cinta hakiki yang pernah merengkuhmu Jika masih ada bintang di hati, gelap seolah hanya rasa yang harus kau abaikan “Maaf, aku berpaling”… bait penyesalan pun terucap Pada cinta yang telah Allah ridhai, pada segala cinta yang telah Allah beri Tak kau rasakan… angin yang memberi arah, kerlip bintang penerang jalan, menuntun jalan pulang Bentuk penjagaan-Nya adalah memanggilmu dengan cinta-Nya dan kau rasakan kembali dekapan-Nya — “Sebesar-besarnya dosa adalah dosa yang dilakukan ketika kita rasa berdosa melakukannya”. (Imam Ghazali) Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/05/20214/maaf-aku-berpaling/#ixzz1x2QfQres