pembutan TAPE


Judul              :   Pembuatan Tape
Tujuan           :
·         untuk mengetahui bagaimana cara pembuatan tape ubi (singkong)
·         untuk mengetahui penerapan bioteknologi dalam proses fermentasi tape
·         mengetahui nama mikroorganisme yang berperan dalam proses pembuatan tape
·         Memanfaatkan ubi sebagai bahan sederhana menjadi makanan yang lebih bermanfaat
·         Mengetahui proses biokimia yang terjadi dalam proses pembuatan tape
Tinjauan Teoritis
            Tapai (tape) adalah salah satu makanan tradisional Indonesia yang dihasilkan dari proses peragian (fermentasi) bahan pangan berkarbohidrat, seperti singkong dan ketan. Tapai bisa dibuat dari singkong (ubi kayu) dan hasilnya dinamakan tapai singkong. Bila dibuat dari ketan hitam maupun ketan putih, hasilnya disebut "tapai pulut" atau "tapai ketan".Dalam proses fermentasi tapai, digunakan beberapa jenis mikroorganisme seperti Saccharomyces cerevisiae, Rhizopus oryzae, Endomycopsis burtonii, Mucor sp., Candida utilis, Saccharomycopsis fibuligera, Pediococcus sp., dan lain-lain. Kedua kelompok mikroorganisme tersebut bekerja sama dalam menghasilkan tape. Mikroorganisme  dari  kelompok  kapang  akan  menghasilkan  enzim-enzim  amilolitik yang  akan  memecahkan  amilum  pada  bahan  dasar  menjadi  gula-gula  yang  lebih  sederhana (disakarida dan monosakarida). Proses tersebut sering dinamakan sakarifikasi (saccharification).  Kemudian  khamir  akan  merubah  sebagian  gula-gula  sederhana  tersebut menjadi  alkohol.  Inilah  yang  menyebabkan  aroma  alkoholis  pada  tape.  Semakin  lama  tape tersebut  dibuat,  semakin  kuat  alkoholnya.  Pada  beberapa  daerah,  seperti  Bali  dan  Sumatera Utara,  cairan  yang  terbentuk  dari  pembuatan  tape  tersebut  diambil  dan  diminum  sebagai minuman beralkohol.
            Tapai hasil fermentasi dari S. cerevisiae umumnya berbentuk semi-cair, berasa manis keasaman, mengandung alkohol, dan memiliki tekstur lengket. Umumnya, tapai diproduksi oleh industri kecil dan menengah sebagai kudapan atau hidangan pencuci mulut.
            Selain rasanya yang manis dan aroma yang memikat, tapai juga dibuat dengan beberapa warna berbeda. Warna tersebut tidak berasal dari pewarna buatan yang berbahaya, melainkan berasal dari pewarna alami. Untuk membuat tapai ketan berwarna merah, digunakan angkak, pigmen yang dihasilkan oleh Monascus purpureus. Sedangkan tapai ketan warna hijau dibuat menggunakan ekstrak daun pandan.
            Pembuatan tapai memerlukan kecermatan dan kebersihan yang tinggi agar singkong atau ketan dapat menjadi lunak karena proses fermentasi yang berlangsung dengan baik. Ragi adalah bibit jamur yang digunakan untuk membuat tapai. Agar pembuatan tape berhasil dengan baik alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan harus bersih, terutama dari lemak atau minyak. Alat-alat yang berminyak jika dipakai untuk mengolah bahan tapai bisa menyebabkan kegagalan fermentasi. Air yang digunakan juga harus bersih, menggunakan air hujan bisa mengakibatkan tapai tidak berhasil dibuat.
Proses Fermentasi 
            Fermentasi  adalah  proses  produksi  energi  dalam  sel  dalam  keadaan  anaerobik  (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat  definisi  yang  lebih  jelas  yang  mendefinisikan  fermentasi  sebagai  respirasi  dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal. Gula  adalah  bahan  yang  umum  dalam  fermentasi.  Beberapa  contoh  hasil  fermentasi  adalah etanol, asam laktat, dan hidrogen. Akan tetapi beberapa komponen lain dapat juga dihasilkan dari  fermentasi  seperti  asam  butirat  dan  aseton.  Ragi  dikenal  sebagai  bahan  yang  umum digunakan  dalam  fermentasi  untuk  menghasilkan  etanol  dalam  bir,  anggur  dan  minuman beralkohol  lainnya.  Respirasi  anaerobik  dalam  otot  mamalia  selama  kerja  yang  keras  (yang tidak memiliki akseptor elektron eksternal), dapat dikategorikan sebagai bentuk fermentasi)..
            Reaksi dalam fermentasi berbeda-beda tergantung pada jenis gula yang digunakan dan produk  yang  dihasilkan.  Secara  singkat,  glukosa  (C6H12O6)  yang  merupakan  gula  paling sederhana , melalui fermentasi akan menghasilkan etanol (2C2H5OH). Reaksi fermentasi ini dilakukan oleh ragi, dan digunakan pada produksi makanan.
Persamaan Reaksi Kimia nya yaitu “ C­6H12O6  →  2C2H5OH  +  2CO2  +  2  ATP  “ (Energi  yang  dilepaskan:118  kJ  per  mol) Dijabarkan sebagai Gula (glukosa, fruktosa, atau sukrosa) → Alkohol (etanol) + Karbon dioksida + Energi (ATP)
            Jalur biokimia  yang terjadi, sebenarnya bervariasi tergantung jenis gula  yang terlibat, tetapi umumnya melibatkan jalur glikolisis, yang merupakan bagian dari tahap awal respirasi aerobik pada sebagian besar organisme. Jalur terakhir akan bervariasi tergantung produk akhir yang dihasilkan.
Ragi Tape
            Starter yang digunakan untuk produksi tapai disebut ragi, yang umumnya berbentuk bulat pipih dengan diameter 4-6 cm dan ketebalan 0,5 cm.Tidak diperlukan peralatan khusus untuk produksi ragi, tetapi formulasi bahan yang digunakan padaumumnya tetap menjadi rahasia di setiap pengusaha ragi. Ragi dipanen setelah 2-5 hari,tergantung dari suhu dan kelembaban.Produk akhir akan berbentuk pipih kering dandapat disimpan dalam waktu lama.Tidak ada faktor lingkungan yang dikendalikan.
            Mikroorganisme yang diharapkan maupun kontaminan dapat tumbuh bersama-sama.  Namun demikian pada ragi yang dibuat pada musim hujan akan dapat dijumpai Mucor sp dan Rhizopus sp dalam jumlah yang lebih banyak dan membutuhkan waktu pengeringanyang lebih lama.Ragi tape atau yang sering disebut sebagai “ragi´ adalah starter untuk membuat. Di dalam ragi ini terdapat mikroorganisme yang dapat mengubah karbohidrat (pati) menjadi gula sederhana (glukosa) yang selanjutnya diubah lagi menjadi alkohol.
            Beberapa jenis mikroorganisme yang terdapat dalam ragi adalah Chlamydomucor oryzae, Rhizopus oryzae, Mucor sp, Candida sp, Saccharomyces cerevicae, Saccharomycesverdomanii, dan lain-lain
Pada dasarnya pembuatan ragi merupakan teknik dalam memperbanyak mikroorganisme yangberperan dalam pembuatan tape. Perbanyakan inidilakukan dalam suatu medium tertentu dan setelah cukup banyak mikroba yang tumbuh, pertumbuhannya dihentikan serta dibuat dalam keadaan istirahat, baik dalam bentuk selmaupun dalam bentuk sporanya. Penghentian pertumbuahn mikroba tersebut dilakukandengan cara mengeringkan medium tumbuhnya.

 Alat Dan Bahan
Alat
No
Nama Alat
Jumlah
1.
Wadah (Tupperware)
1 Buah
2.
Pengaduk/sendok
1 Buah
3.
Saringan
1 Buah
4.
Kain Serbet
1 Buah
Bahan
No
Nama Bahan
Jumlah
1.
Singkong/ubi kayu
1 Kg
2.
Ragi
Secukupnya
3.
Plastik
Secukupnya
4.
Daun Pisang
Secukupnya






Prosedur Kerja
No
Prosedur Kerja
1.

2.
3.
4.


5.



6.


7.
Kupas singkong atau ubi kayu dari kulitnya, dipotong-potong sesuai keinginan, dan kemudian cuci bersih.
Rebus potongan singkong tersebut sampai matang dan tiriskan.
Dinginkan di udara terbuka atau bisa juga dikipas agar cepat dingin.
Selama proses pendinginan, haluskan ragi dengan gilingan atau ditumbuh dan dimasukkan dalam wadah sementara sebelum ditaburkan ke atas permukaan singkong atau ubi kayu tadi.
Setelah singkong dingin, taburkan serbuk ragi dengan ayakan atau saringan, dan diaduk dengan membalik-balikan potongan singkong secara merata, usahakan seluruh permukaan singkong tertutupi ragi, gunakan plastik sebagai pelindung tangan saat membalikkan dengan tangan.
 Kemudian masukkan ke dalam wadah yang telah dialasi dengan daun pisang (tupperware) bisa juga dimasukkan ke dalam plastik serta dibungkus dengan daun pisang.
Bungkus rapat dengan kain, dan tutup serapat mungkin, pastikan benar-benar rapat, kemudian peram selama 3 hari dalam ruangan tertutup (gelap tanpa sinar matahari) dan dalam suhu kamar.

Pembahasan
            Tape merupakan makanan tradisional yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Proses pembuatan tape melibatkan proses fermentasi yang dilakukan oleh jamur  Saccharomyces cerivisiae. Jamur ini memiliki kemampuan dalam mengubahkarbohidrat (fruktosa dan glukosa) menjadi alcohol dan  arbondioksida. Selain Saccharomyces cerivisiae,dalam proses pembuatan tape ini terlibat pula mikrorganismelainnya, yaitu Mucor chlamidosporus dan Endomycopsis fibuligera. Keduamikroorganisme ini turut membantu dalam mengubah pati menjadi gula sederhana(glukosa).
Proses pembuatan tape dilakukan dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1.      Penyiapan Bahan Baku.
                 Seleksi singkong yang kualitasnya bagus, untuk singkong umur optimumnya adalah 10 bulan jika lebih dari 1-2 bulan akan banyak seratnya. Singkong yang digunakan untuk pembuatan tape harus singkong yang baru dipanen karena singkong yang telah disimpan memberikan kualitas yang tidak diharapkan.
                 Setelah memilih singkong yang berkualitas baik, singkong di kupas dan di cuci dengan bersih. Sebaik nya singkong dikikis untuk menghilangkan getah-getah yang terdapat pada bagian kulit nya dan agar proses pemasakan lebih cepat, selain itu juga agar proses fermentasi berlangsung dengan baik karena tidak terhalang dengan getah-getah dari singkong tersebut.

2.      Pemasakan dan Pendinginan.
                 Pemasakan menentukan tekstur dan penampakan produk olahan tape yang akan dihasilkan. Pengukusan singkong hingga matang akan menghasilkan tekstur tapai yanglebih lembut dibandingkan dengan pengukusan singkong yang setengah matang akanmenghasilkan tekstur tapei yang lebih keras.
                 Pendinginan berfungsi untuk mengontrol kondisi proses.Pemasakan yang kurangakan merusak kehidupan organisme dari inokulum yang diberikan. Sementara, pendinginan yang terlalu lama akan menyebabkan kontaminasi.Pengukusan singkong dilakukan dalam waktu 0,5 jam untuk melunakkan singkong dan agar enzim mikroba dapat bekerja dengan baik.


Singkong setelah di masak dan di dinginkan.

3.      Peragian
Proses peragian bergantung dengan cara pencampuran singkong dengan ragi. Apabila pencampuran tidak baik akan menyebabkan fermentasi kurang sempurna dan  menimbulkan kerusakan. Ragi yang ditambahkan biasanya kurang dari1% atau 10 gram perkilogram singkong yang digunakan.

          
Proses peragian    ubi yang telah diberi ragi

Ragi yang telah dihancurkan sebaik nya dicampurkan dengan singkong menggunakan saringan agar leih rata dan ragi lebih halus.

     Ragi yang digunakan untuk produksi tape umumnya berbentuk bulat pipih dengan diameter 4 – 6 cm dan ketebalan 0,5 cm. Tepung beras yang bersih dicampur dengan air untuk membentuk pasta dan dibentuk pipih dengan tangan, kemudian diletakkan di atas nyiru yang dilambari merang dan ditutup dengan kain saring. Organisme akan tumbuh secara alami pada pasta ini pada suhu ruang dalam waktu 2 – 5 hari. Beberapa pengusaha menambahkan rempah-rempah atau bumbu untuk mendukung pertumbuhan mikroorganisme yang diharapkan. Penambahan sari tebu juga dilakukan untuk menambah gula.
                 Ragi dipanen setelah 2 – 5 hari tergantung dari suhu dan kelembapan. Produk akhir akan berbentuk pipih kering dan dapat disimpan dalam waktu lama. Tidak ada faktor-faktor lingkungan yang dikendalikan. Mikroorganisme yang diharapkan maupun kontaminan dapat tumbuh bersama-sama. Pada lingkungan pabrik ragi, mikroflora yang ada telah didominasi mikrobia ragi. Namun demikian, ragi yang dibuat pada musim hujan akan dijumpai Mucor sp dan Rhizopus sp dalam jumlah yang lebih banyak dan dibutuhkan waktu pengeringan yang lebih lama.
                 Jumlah kapang pada ragi berkisar dari 8 X 107 sampai 3 X 108/g, khamir 3 X 106 sampai 3 X 107/g dan bakteri kurang dari 105/g. Organisme yang menghasilkan tape dengan aroma baik adalah gabungan dari Amylomyces rouxii, Endomycopsis fibuliger dan Hansenula anoma. Untuk tape singkong adalah A. Rouxii dan E. Fibuliger.

1.      Fermentasi dan Penyimpanan
                 Fermentasi yang baik dilakukan pada suhu 28-300C dan membutuhkan waktu 45 jam. Fermentasi dilakukan di dalam keranjang yang dialasi daun pisang yang bersih,dikerudungi dan ditutupi dengan daun rapat-rapat. Fermentasi yang tertutup akan mencegah tejadinya kontaminasi. Suhu berpengaruh kepada kecepatan fermentasi, meskipun suhu yang lebih rendah dari 250C akan menghasilkan produk dengan kadar alcohol yang tinggi pada fermentasi144 jam.Tapai dapat bertahan 2-3 hari bila di fermentasi pada suhu kamar .
                 Sebelum di fermentasikan, singkong yang telah diberi ragi dibungkus dengan menggunakan media yang diinginkan. Misal nya pelastik, daun, atau pun dengan menggunakan wadah tertutup. Apabila fermentasi dalam suhu kamar melebihi hasil yang didapatkan akan rusak . Biladikemas dengan cangkir plastic dan disimpan dalam lemari es akan bertahan selama 2 bulan akan tetapi teksturnya akan rusak yaitu menjadi keras.

Proses memasukkan singkong kedalam wadah tertutup yang dialasi dengan daun pisang
.
Setelah selesai dikemas, wadah ditutup rapat dan  tape siap difermentasikan

     
Proses pembungkusan tape dengan menggunakan daun pisang
    
Proses pembungkusan tape dengan menggunakan plastik.
            Fermentasi yang baik dilakukan pada suhu 28-300C dan membutuhkan waktu 45 jam. Fermentasi dapat diperlambat jika dingin. Fermentasi tapai paling baik dilakukan pada kondisi mikro aerob.Pada kondisi ini, kapang tidak mampu tumbuh sehingga tidak dapat menghidrolisis pati.Namun demikian, pada kondisi aerob yang merupakan kondisi paling baik bagi kapang dan kahamir, aroma tidak berkembang dengan baik karenatergantung dari fermentasi alkohol dan pada kondisi ini fermentasi alcohol menurun Fermentasi yang tertutup akan mencegah terjadinya kontaminasi.
            Tujuan fermentasi adalah menghasilkan suatu produk (bahan pakan) yang mempunyai kandungan nutrisi,tekstur, biological availability yang lebih baik serta menurunkan zat anti nutrisinya.
            Setelah difermentasikan selama 2-3 hari dihasilkan tape singkong sebegai berikut:    
Tape yang telah difermentasikan selama 2 hari
Tape siap di konsumsi
Pada percobaan pembuatan tape singkong ini, singkong tidak di peroleh hasil berupa tape yang di inginkan (belum berhasil), tape terasa kurang manis, dan tape yang dibungkus dengan menggunakan daun terasa asam. hal ini mungkin di karenakan ada oleh beberapa faktor yaitu:
§  Kurang lunaknya singkong dalam perebusan
§  Suhu pada proses penyimpanan kurang optimum
§  Tidak higienisnya pada proses pembuatan
§  Tidak seimbangnya jumlah ragi dengan jumlah singkong
§  Kegagalan dalam pembuatan tape biasanya dikarenakan enzim pada ragiSaccharomyces cereviceae tidak pecah apabila terdapat udara yang mengganggu proses pemecahan enzim tersebut.
Manfaat dan kerugian Tape
            Fermentasi tapai dapat meningkatkan kandungan Vitamin B1 (tiamina) hingga tiga kali lipat. Vitamin ini diperlukan oleh sistem saraf, sel otot, dan sistem pencernaan agar dapat berfungsi dengan baik.  Karena mengandung berbagai macam bakteri “baik” yang aman dikonsumsi, tapai dapat digolongkan sebagai sumber probiotik bagi tubuh. Cairan tapai dan tapai ketan diketahui mengandung bakteri asam laktat sebanyak ± satu juta per mililiter atau gramnya. Produk fermentasi ini diyakini dapat memberikan efek menyehatkan tubuh, terutama sistem pencernaan, karena meningkatkan jumlah bakteri dalam tubuh dan mengurangi jumlah bakteri jahat.
            Kelebihan lain dari tape adalah kemampuannya tape mengikat dan mengeluarkan aflatoksin dari tubuh. Aflaktosin merupakan zat toksik atau racun yang dihasilkan oleh kapang, terutama Aspergillus flavus. Toksik ini banyak kita jumpai dalam kebutuhan pangan sehari-hari, seperti kecap. Konsumsi tapai dalam batas normal diharapkan dapat mereduksi aflatoksin tersebut.
            Di beberapa negara tropis yang mengonsumsi singkong sebagai karbohidrat utama, penduduknya rentan menderita anemia. Hal ini dikarenakan singkong mengandung sianida yang bersifat toksik dalam tubuh manusia.. Konsumsi tapai dapat mencegah terjadinya anemia karena mikroorganisme yang berperan dalam fermentasinya mampu menghasilkan vitamin B12.
            Namun, konsumsi tapai yang berlebihan dapat menimbulkan infeksi pada darah dan gangguan sistem pencernaan. Selain itu, beberapa jenis bakteri yang digunakan dalam pembuatan tapai berpotensi menyebabkan penyakit pada orang-orang dengan sistem imun yang terlalu lemah seperti anak-anak balita, kaum lanjut usia, atau penderita HIV3. Untuk mengurangi dampak negatif tersebut, konsumsi tapai perlu dilakukan secara terkendali dan pembuatannya serta penyimpanannya pun dilakukan dengan higienis.




Kesimpulan
§  Proses pembuatan tape diawali dengan memilih singkong yang baik, membersihkan, mencui bahan, melakukan perebusan singkong kemudian didinginkan, setelah dingin singkong diberi rari secara merata, dan singkokng siap difermentasikan untuk menjadi tape.
§  Dalam proses fermentasi tape, digunakan beberapa jenis mikroorganisme seperti Saccharomyces cerevisiae, Rhizopus oryzae, Endomycopsis burtonii, Mucor sp., Candida utilis, Saccharomycopsis fibuligera, Pediococcus sp.,dan lain-lain.
§  Tape hasil fermentasi dari S. cerevisiae umumnya berbentuk semi-cair, berasa manis keasaman, mengandung alkohol, dan memiliki tekstur lengket.
§  Persamaan reaksi kimia pada fermentasi adalah Persamaan Reaksi Kimia nya yaitu “ C­6H12O6    2C2H5OH  +  2CO2  +  2  ATP  “ (Energi  yang  dilepaskan:118  kJ  per  mol) Dijabarkan sebagai Gula (glukosa, fruktosa, atau sukrosa) → Alkohol (etanol) + Karbon dioksida + Energi (ATP)
§  hal yang mungkin menyebabkan kegagalan dlam pembuatan tape yaitu : Kurang lunaknya singkong dalam perebusan, Suhu pada proses penyimpanan kurang optimum, tidak higienisnya pada proses pembuatan, dan tidak seimbangnya jumlah ragi dengan jumlah singkong

Daftar Pustaka
Amien Muhammad,1985, Pegangan Umum Bioteknologi 3. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan : Jakarta
Djumali Manguneidjaja dkk ,1994 , Teknologi Bioproses Penebar Swadaya, Biologi FPMIPA FIKIP : Bandung.
F.G.Winarno, dkk .,1980 , Pengantar Teknologi Pangan, Gramedia, jakarta
Maggy Themawidjaja, 1990  Bioteknologi,Jakarta: Erlangga
http://plantpro.doae.go.th/worldfermentedfood/I_10_Gandjar. . diakses tanggal 14 mei pukul 20.00 wib.
                

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Caesalpiniaceae

abt CAESALPINIA PULCHERRIMA